Pages

Senin, 30 Juni 2014

MENDIDIK ANAK DENGAN METODE ISLAM DAN AL-QUR’AN

MENDIDIK ANAK DENGAN METODE ISLAM DAN AL-QUR’AN MAKALAH Di Susun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Bahasa Indonesia Di Susun Oleh: Siti Jamiatun (134111007) FAKULTAS USHULUDDIN JURUSAN AQIDAH FILSAFAT INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2014 I. Pendahuluan Dewasa ini, untuk bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat tentu tidak terlepas dengan interaksi-interaksi yang harus diterapkan oleh setiap individu. Terutama bagi setiap individu yang baru berdomisili pada suatu masyarakat tertentu. Penyesuaian diri (adaptasi) yang pertama kali harus diterapkan, supaya komunikasi dengan warga masyarakat tersebut dapat berjalan dengan baik dan tidak ada kesalahpahaman diantara mereka. Saling menghormati, menghargai, menyayangi, menolong, dan saling membantu antar sesama. Untuk menciptakan interaksi dalam masyarakat dapat berjalan dengan baik, tentu tidak semudah yang kita inginkan. Karena pada diri setiap individu memilki karakter yang berbeda-beda. Dalam mematuhi aturan norma-norma masyarakat yang ada, tidak sedikit dari masyarakat yang memiliki karakter mudah diatur dan sulit diatur. Inilah kendala yang selama ini merupakan realita yang ada dalam masyarakat. Mulai individu yang berusia kanak-kanak, remaja, dewasa, sudah berkeluarga, maupun lanjut usia. Terutama dari kalangan kanak-kanak dan remaja. Tidak sedikit dari mereka yang sulit sekali untuk mematuhi aturan-aturan norma di masyarakat. Tidak dalam masyarakat saja, didalam keluargapun banyak dari mereka yang menyimpang dari aturan-aturan norma. Lebih parahnya lagi tidak hanya melanggar dari norma, namun melanggar dari norma agama yang telah dijelaskan dalam kitab suci Al-Qur’anul Karim. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai bagaimana agar anak itu memilki jiwa-jiwa kesopanan dan hormat kepada orangtua dan masyarakatnya. Yaitu dengan mendidik anak yang benar dan baik sesuai yang telah ada dalam Al-Qur’an. II. Rumusan Masalah 1. Seberapa besar peran orangtua terhadap anaknya sebagai suri tauladan? 2. Bagaimana metode-metode pendidikan yang lebih efektif dalam membentuk anak? 3. Bagaimana cara mendidik anak menurut Al-Qur’an? III. Pembahasan A. Peran Orangtua sebagai Suri Tauladan Anak-Anaknya Orangtua terutama dapat memainkan peranan penting dalam mempengaruhi anak-anak mereka kearah perilaku yang positif. Oleh karena orangtua yang memegang kendali dalam lingkungan mikrosistem keluarga, maka ayah dan ibu dapat memaksimalkan pengaruh positif bagi anak-anak, menjadi model bagi anak-anak, sehingga mereka mendapat tokoh panutan identifikasi yang baik. Orangtua sebagi model identifikasi. Mussen dan Rutherford (1963) serta Hetherington dan Frankie (1967), setelah melakukan penelitian mengenai perilaku identifikasi anak-anak terhadap tokoh orang tua, mengemukakan bahwa model orangtua yang dipilih anak untuk diidentifikasi adalah orangtua yang mempunyai hubungan pribadi yang hangat dengan anak-anaknya. Orangtua yang saling menghargai dan menghormati satu sama lain, menghargai nilai-nilai pendidikan dan mengharhai pendapat anak-anaknya. Orangtua yang mendengar keluhan, kemarahan, dan ungkapan perasaan anak-anaknya. Selalu menjadi model yang lebih banyak diidentifikasi anak-anak. Dengan demikian, jelas bahwa agar orangtua dapat menjadi model bagi anak-anaknya dan tidak ada jalan lain bahwa orangtua harus membangun relasi yang hangat, saling menghargai dengan anak-anaknya. Dengan adanya model nyata dalam keluarga, anak dibantu dalam proses identifikasinya. Berkenaan dengan identifikasi ini, orangtua perlu memperhatikan bahwa apa yang dikatakan dan dilakukan oleh orangtua diobservasi oleh anak-anak. Apabila orangtua banyak menonton televisi, secara tidak sadar hal ini menjadi model bagi anak-anaknya. Bila orangtua melakukan kegiatan yang disiplin, anak-anak juga cenderung menginternalisasikan nilai-nilai disiplin itu dalam kehidupannya. Orangtua perlu memberi model pada anak-anaknya, gaya bicara yang lembut dan penuh kasih sayang, sikap hormat, kebaikan hati, rasa ingin tahu yang sehat, ketegaran tekad dan cinta kasih. Orangtua juga perlu bercakap-cakap dengan anak dengan cara yang mampu membuat anak-anak merasa nyaman serta membantu mereka mengembangkan perasaan harga diri yang kritis. Melalui cara-cara orangtua berkomunikasi, anak dapat belajar keterampilan emosional yang membantu mereka untuk tumbuh dan berkembang sepanjang hidupnya, misalnya dengan menanamkan nilai-nilai kejujuran, kerja sama, kesabaran, dan usaha mengatasi kemarahan serta kekecewaan ecara sehat. Berbagai hasil penelitian, diantaranya oleh Reginald Clark (1978) dari Universitas California, mengungkapkan bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga yang mampu mengendalikan hidup mereka, yang menaruh harapan tinggi pada anak-anaknya, memandang bahwa kerja keras sebagai kunci sukses, pada umumnya berprestasi secara akademis disemua jenjang pendidikan yang mereka ikuti. Selain itu, peran penting orangtua adalah dengan menyediakan telinganya untuk mendengarkan setiap perkembangan dan perubahan yang terjadi terhadap anak didiknya demi menuju suatu kebaikan. Orantua kadang tidak menyadari bahwa kasih sayang yang berlebihan juga dapat menimbulkan rasa sombong pada anak. Oleh karena itu, lebih ditekankan lagi kepada orangtua untuk dapat membuka telinga, pikiran, dan hati agar dapat mengenal, memahami, dan mengerti setiap perubahan penting yang dialami anaknya dalam setiap kehidupan. B. Metode-Metode Pendidikan yang lebih Efektif Metode-metode pendidikan yang lebih efektif disini ada lima hal, diantaranya yaitu: 1) Pendidikan dengan Keteladanan Keteladanan dalam pendidikan adalah metode influentif yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk anak didalam moral, spritual, dan sosial. Hal ini karena pendidikan adalah contoh terbaik dalam pandangan anak, yang akan ditirunya Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam dalam tindak-tanduknya, dan tata santunnya, disadari ataupun tidak, bahkan tercetak dalam jiwa dan perasaan suatu gambaran pendidikan tersebut, baik dalam ucapan atau perbuatan, baik material atau spiritual, diketahui atau tidak diketahui. Dari sini, masalah keteladanan menjadi faktor penting dalam hal baik buruknya anak. Jika pendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani, dan menjauhkan diri perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama, maka si anak akan tumbuh dalam kejujuran, terbentuk dengan akhlak mulia, keberanian, dan dalam sikap yang menjuhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama. Dan jika pendidik bohong, khianat, durhaka, kikir, penakut dan hina, maka si anak akan tumbuh dalam kebohongan, khianat, durhaka, kikir, penakut dan hina. Si anak, bagaimanapun besarnya usaha yang dipersiapkan untuk kebaikan, bagaimanapun suci beningnya fitrah, ia tidak akan mampu memenuhi prinsip-prinsip kebaikan dan pokok-pokok pendidikan utama, selama ia tidak melihat sang pendidik sebagai teladan nilai-nilai moral yang tinggi. Kiranya sangat mudah bagi pendidik untuk mengajari anak dengan berbagai metode pndidikan, tetapi teramat sukar bagi anak untuk melaksanakan berbagai metode tersebut, ketika ia melihat orang yang membimbing pendidikannya, yang memberikan arah tidak mengamalkan metode-metode tersebut, tidak menerapkan pokok-pokok dan prinsip tersebut. 2) Pendidikan dengan Adat Kebiasaan Bahwa sang anak, jika dengan mudah ia berhadapan dengan dua faktor: faktor pendidikan Islam yang utama dan faktor pendidikan lingkunganyang baik, maka sesungguhnya sang anak akan tumbuh dalam iman yang hak, akan berhiaskan diri dengan etika Islam, dan sampai pada puncak keutamaan spriritual dan kemulyaan personal. Bahwa teman mempunyai pengaruh besar terhadap seseorang. Jika sang teman baik dan bertakwa, maka seseorang dapat mengambil sifat baik dan takwanya. Dan ini merupakan pengertian dari faktor lingkungan sosial, sekolah atau luar rumah lainnya. Sebagai penguat bahwa lingkungan baik mempunyai pengaruh yang besar terhadap pendidikan muslim dalam kebaikan dan ketakwaan, disamping membentuknya atas dasar iman, aqidah dan akhlak yang mulia. 3) Pendidikan dengan Nasihat Metode lain yang penting dalam pendidikan, pembentukan keimanan, mempersiapkan moral, spiritual, dan sosial anak adalah pendidikan dengan pemberian nasihat. Sebab, nasihat ini dapat membukakan mata anak-anak pada hakekat sesuatu, dan mendorongnya menuju situasi luhur, dan menghiasinya dengan akhlak yang mulia, dan membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam. Maka, tak heran kita mendapatkan Al-Qur’an memeakai metode ini, yang berbicara dengan jiwa, dan mengulangulangnya dalam beberapa ayat dan tempat. Contoh ayat Al-Qur’an yang menuturkan nasihat dan peringatan yaitu Surat Al-Luqman: 13-17. 4) Pendidikan dengan Memberikan Perhatian Yang dimaksud dengan pendidikan dengan perhatian adalah mencurahkan, memperhatikan, dan senantiasa mengikuti perkembangan anak dalam pembinaan akidah dan moral, persiapan spriritual dan sosial, disamping selalu bertanya tentang situasi pendidikan jasmani dan daya hasil ilmuahnya. Tidak diragukan lagi, bahwa pendidikan ini dianggap sebagai asas terkuat dalam pembentukan manusia secara utuh, yang menunaikan hak setiap orang yang memiliki hak dalam kehidupan, termasuk pendorongnya untuk menunaikan tanggungjawab dan kewajibannya secara sempurna. Melalui upaya tersebut akan tercipta muslim hakiki, sebagai batu pertama untuk membangun fondasi Islam yang kokoh. Dengan demikian, terwujudlah kemulyaan Islam, dan dengan mengandalkan dirinya, akan berdiri Daulah Islamiyah yang kuat dan kokoh. Dengan kultur, posisi dan eksistensinya, maka bangsa ini akan tunduk kepadanya. 5) Pendidikan dengan Memberikan Hukuman Akan halnya hukumanyang diterapkan para pendidik di rumah atau sekolah, adalah berbeda-beda dari segi jumlah dan tata caranya, tidak sama dengan hukuman yang diberikan kepada orang-orang umum. Dibawah ini metode yang dipakai Islam dalam upaya memberikan hukuman kepada anak: a. Lemah lembut dan kasih sayang adalah dasar muamalah dengan anak. b. Menjaga tabiat anak yang salah dalam menggunakan hukuman. c. Dalam upaya memperbaiki, hendaknya dilakukan secara bertahap, dari yang paling ringan hingga yang paling keras. Seperti metode yang diberikan Rasulullah saw yaitu: menunjukkan kesalahan dengan pengarahan, menunjukkan kesalahan dengan keramahtamahan, menunjukkan kesalahan dengan memberikan isyarat, menunjukkan kesalahan dengan kecaman, menunjukkan kesalahan dengan memutuskan hubungan (meninggalkannya),menunjukkan kesalahan dengan memukul, menunjukkan kesalahan dengan memberikan hukuman yang menjerakan. C. Cara Mendidik Anak Menurut Al-Qur’an a. Q.S. Al-Luqman: 13-19, Asbabun Nuzul, dan Tafsirannya وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لإنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ 13. “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi nasehat kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar. Kesalahan besar adalah ucapan. وَوَصَّيْنَا الإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ 14. “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” Yang dimaksud dengan keadaan lemah yang bertambah-tambah disini maknanya adalah kehamilan, yaitu kesulitan demi kesulitan dalam proses kejadian janin, lemah yang bertambah-tambah, kesulitan yang bertambah-tambah. Bahwa kelemahan janin itu mengikuti kelemahan ibunya. Dan kemudian menyapihnya dalam waktu dua tahun. Kemudian Allah berfirman yang artinya “Bersyukurlah kepada-Ku atas karunia-Ku kepadamu dan kepada dua orang ibu bapakmu.” Maksudnya adalah Kami katakan kepadanya, “Bersykurlah kepadak-Ku atas karunia-Ku kepadamu dan berterimakasih kepada kedua orangtuamu yang telah menjaga dan merawatmu dari segala kesulitan, hingga tubuhmu menjadi sempurna.” “Hanya kepada-Kulah kembali”, maksudnya adalah wahai manusia, sesungguhnya hanya kepada Allah tempat kamu kembali. Dia akan bertanya tentang syukurmu kepada-Nya atas segala nikmat dan karunia-Nya kepadamu. Juga terimakasih serta baktimu kepada kepada orangtuamu yang telah bersusah payah menjagamu saat engkau masih kecil, dan telah memberikan kasih sayang mereka kepadamu. Ada yang berpendapat bahwa ayat ini menceritakan tentang Sa’ad bin Abu Waqqash dan ibunya. Mereka yang meriwayatkan demikian adalah: Hannad bin As menceritakan kepada kami, ia berkata: Abu Al Ahwash menceritakan kepada kami dari Simak bin Harb, dari Mush’ab bin Sa’ad, ia berkata: Ummu Sa’ad bersumpah tidak akan makan dan minum hingga Sa’ad merubah agamanya (Islam). Ibunyapun terus melakukan itu hingga ia pingsan. Anak-anaknya lalu datang memberinya minum, ia mendo’akan sesuatu pada sa’ad. Lalu turunlah ayat ini: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu tidak ada pengetahuan tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergauililah keduanya di dunia dengan baik.” وَإِن جَاهَدَاكَ عَلى أَن تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ 15. “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” Maksudnya dari “dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik adalah tetaplah berhubungan baik dengan mereka di dunia dengan ketaatan kepada mereka, akan tetapi bukan dalam hal antara engkau dan Tuhanmu. Dan “Ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku”, maksudnya adalah ikutilah jalan orang yang bertobat dari perbuatan syirik dan kembali kepada Islam, mengikuti Nabi Muhammad saw. يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِن تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُن فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ 16. (Luqman berkata): “Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui.” Sebagian ahli nahwu Bashrah berpendapat bahwa ayat ini sebagai kinayah terhadap perbuatan maksiat dan dosa. Jadi, makna ayat ini menurut mereka yaitu, wahai anakku, sesungguhnya jika suatu perbuatan maksiat dan dosa itu sebesar biji sawi. Allah tidak menjanjikan hanya akan memberikan balasan kepada hamba-hamba-Nya yang melakukan kejahatan, tanpa memberikan perbuatan maksiat sebesar biji sawi, maka Allah pasti mendatangkan. Akan tetapi, Allah menjanjikan akan membalas orang-orang yang berbuat kebaikan dan kejahatan. Makna “sebesar biji sawi” adalah sesungguhnya dalam perkara ini, jika ada suatu perbuatan, walaupun seberat biji sawi baik perbuatan baik maupun jelek yang engkau lakukan, kemudian perbuatan yang seberat biji sawi itu berada didalam batu, atau di langit, atau didalam bumi, maka Allah pasti akan memeberikan balasannya kelak pada Hari Kiamat. يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأُمُورِ 17. “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” Allah berfirman memberitahukan ucapan Luqman kepada putranya untuk mendirikan shalat sesuai dengan segala ketentuan dan menyuruh untuk mengerjakan yang baik. Perintah bagi manusia untuk bertakwa kepada Allah. Dan larangan dari perbuatan maksiat dan jauh dari perbuatan haram. Dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu dari segala perbuatan manusia terhadapmu, ketika engkau memerintahkan mereka melakukan perbuatan baik dan melarang mereka dari perbuatan maksiat. Janganlah semua itu menghalangimu dari kewajiban melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Sesungguhnya semua itu termasuk perkara-perkara yang diperintahkan Allah agar dilaksanakan dengan keteguhan. وَلا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلا تَمْشِ فِي الأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ 18. “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan.” Takwil ayat ini adalah janganlah engkau palingkan wajahmu dari orang yang berbicara denganmu lantaran menyombongkan diri dan merendahkan lawan bicaramu. Kata Al ‘Ashru adalah penyakit yang diderita onta, tepat di leher atau kepalanya. Orang yang sombong diserupakan dengan itu. Makna lainnya yaitu jika engkau berbicara dengan orang lain, maka engkau palingkan wajahmu darinya karena menganggap remeh, angkuh, menyepelekan orang lain. Hadapilah orang lain dengan wajahmu dan kebaikan akhlakmu. وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِن صَوْتِكَ إِنَّ أَنكَرَ الأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِير 19. “Dan rendah dirilah ketika berjalan dan pelankan suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” Maksudnya adalah Luqman memerintahkan kepada putranya untuk bersikap rendah hati jika berjalan, jangan bersikap sombong dan jangan tergesa-gesa. Kemudian juga larangan Luqman kepada putranya untuk berjalan terlalu cepat. Bersikap tenanglah! Kemudian suara yang paling jelek adalah suara keledai yaitu awalnya memanjang dan ujungnya melengking. Luqman memerintahkan kepada putranya agar mengeluarkan suara yang sedang. IV. Analisis Seorang anak yang seharusnya hormat dan sayang kepada kedua orangtuanya. Akan tetapi, bagaimana realita yang ada di dunia modern saat ini ? sebelumnya, perlu kita ketahui bahwa untuk menciptakan karakter-karakter individu yang diinginkan masyarakat tentu tidak terlepas dari peran kedua orangtuanya dalam suatu keluarga. Dizaman modern ini, norma seorang anak kepada orangtuanya terlihat semakin hilang dengan dibarengi semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Anak tanpa memiliki kesadaran akan kesalahannya telah mengabaikan kedua orangtuanya. Tidak sopan dan menghormati orangtua seperti: bicara kasar, membentak, berkata dengan kata-kata “ah” atau “uh”, dan lain sebagainya. Melihat realita tersebut, seorang orangtua itu harus tahu bahwa mereka merupakan suri tauladan bagi anak-anaknya. Jika orangtua berbicara kasar, membentak, berkata dengan kata-kata yang tidak sopan, maka secara tidak langsung anak akan merekam perkataan-perkataan itu dalam memori otaknya. Sebaliknya jika orangtua berbicara baik dan sopan anakpun akan mengingatnya dan menirukannya. Banyaknya anak yang durhaka kepada kedua orangtuanya, hal ini tentu sangat ironis sekali melihat kenyataan dalam masyarakat. Oleh karena itu, dalam pembahasan diatas tentu ada banyak manfaat yang dapat kita petik. Diantaranya yaitu: pertama, begitu sangat penting peran kedua orang tua untuk membentuk kepribadian atau karakter anak. Orangtua harus mampu dan bahkan harus diwajibkan untuk menjadi suri tauladan yang baik bagi anak-anaknya. Karena orangtua adalah aktor pertama dalam mendidik anak dengan benar. Dalam metode-metode pendidikan yang lebih efektif disini ada lima hal yang telah dijelaskan diantaranya ada pendidikan dengan keteladanan, adat kebisaan, nasihat, memberikan perhatian, dan hukuman. Saya kira metode-metode ini juga sangat pas jika diterapkan oleh orangtua kepada anaknya. Karena tidak menyimpang juga dari ajaran-ajaran Islam. Jika hal ini diterapkan, maka akan terwujud pendidikan anak secara maksimal. Namun, selain itu juga tidak terlepas dengan ajaran Luqman kepada anaknya yang terdapat dalam surat Al-Luqman ayat 13-19. Mulai dari keyakinan kepada Allah dan melarang untuk menyukutukan Allah, karena musyrik merupakan salah satu dosa besar yang tidak akan mendapat ampunan dari Allah SWT. Sebagai seorang anak harus berbakti kepada kedua orangtuanya terutama ibu, karena dia adalah yang telah mengandungnya selama kurang lebih sembiln bulan dengan lemah yang bertambah-tambah. Yang telah merawat dan mengajariberbagai hal hingga anak tumbuh dewasa. Oleh karena itu, kita hendaklah taat kepada Allah dan kedua orangtua. Apabila orangtua mengajak kepada keburukan dan musyrik maupun syirik maka sebagai seorang anak janganlah mengikuti. Namun harus tetap berbuat baik kepada keduanya. Janganlah bersikap sombong, angkuh, dan menyepelekan orang lain. Kemudian ketika berbicara janganlah dengan suara yang keras atau melengking, namun berbicaralah dengan lembut dan sopan. V. Penutup a. Kesimpulan Dengan menggunakan metode Al-Qur’an dalam surat Al-Luqman ayat 13-19 sebagai alat utama dalam mendidik anak, insayaAllah akan menghasilkan anak yang tidak hanya patuh kepada kedua orangtua. Namun, seorang anak juga akan patuh pada norma-norma dalam masyarakat, bangsa, dan negara. Semoga dalam makalah ini akan memberikan banyak manfaat bagi orangtua untuk selalu memberikan contoh yang baik kepada anak-anaknya b. Saran Demikianlah makalah yang kami tentang mendidik anak dengan Al-Qur’an. Oleh karena itu kita perlu mengerti ini untuk mengambil hikmah-hikmahnya. Tentu saja tidak luput dari kesalahan dan kekeliruan dalam makalah. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangatlah kami harapakan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amiinn.... Daftar Pustaka Gunarsa D, Dr. Singgih, Bunga Rampai Psikologi Perkembangan, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Abu Ja’far, Tafsir Ath Thabari, Jakarta: Pustaka Azzam. Tanudjaja, Marlene R, M.Comm, B. Comm, Aku Cerdas karena tidak bisa matematika, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Nashih Ulwan, Abdullah, Pedoman Pendidikan anak dalam Islam , Bandung: Penerbit Asy-Syifa’.